Lombok, 3-4 Desember 2021 — Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Sahri Yanti,Ph.D, Yu-Chieh Chou, dan Wei-Jyun Chien dari Chaoyang University of Technology dan Universitas Teknologi Sumbawa mengungkap kandungan minyak tinggi pada buah Sacha Inchi (Plukenetia volubilis). Studi ini menggunakan tiga metode analisis canggih: Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (GC-FID), Nuclear Magnetic Resonance (1D NMR), dan Near-Infrared Spectroscopy (NIR).
Buah Sacha Inchi yang dikumpulkan dari Shetou Farm, Changhua, Taiwan, menunjukkan komposisi asam lemak yang beragam. Analisis GC-FID mengidentifikasi sembilan jenis asam lemak, termasuk asam heneicosanoat (C21:0) yang jarang ditemukan. Rasio ω6/ω3 dalam minyak Sacha Inchi berada dalam kisaran 0,602–1,138, mendekati rasio ideal 1:1 untuk kesehatan optimal.
Metode NMR mengonfirmasi komposisi ini dengan mendeteksi sinyal kimia khas asam lemak tak jenuh (UFA) dan trigliserida (TAG). Hasil analisis menunjukkan kandungan tinggi asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) sebesar 80,977%, menjadikan minyak ini rentan terhadap reaksi oksidasi, serupa dengan minyak biji rami.
Selain itu, NIR digunakan sebagai metode non-destruktif untuk memprediksi kadar minyak dan kelembapan. NIR menunjukkan keunggulan dalam deteksi cepat tanpa merusak sampel, dengan puncak spektrum khas yang mengindikasikan keberadaan protein, hidroksil, dan ikatan peptida. Perbedaan tingkat kematangan kacang sacha inchi menghasilkan persen kadar minyak yang bebeda.
Penelitian ini menegaskan bahwa kombinasi GC-FID, NMR, dan NIR dapat memberikan hasil yang akurat dan saling mendukung, dengan koefisien korelasi Pearson mencapai 0,9–1,0. Temuan ini membuka peluang baru dalam optimasi produksi dan kualitas minyak Sacha Inchi, yang dikenal sebagai sumber asam lemak omega-3 alami.