Inovasi Alat Mesin Pengupas Jagung dengan Dynamo Elektrik untuk Meningkatkan Produktivitas

[instagram-feed feed=3]
Mahasiswa Magang Universitas Teknologi Sumbawa Resmi Ditarik, Sahri Yanti Hadiri Kegiatan Penarikan
Sumbawa, NTB – Dekan sekaligus Dosen Pembimbing Lapangan Fakultas Teknologi Hasil Pertanian Universitas...
Read More
Tim PMB FITP UTS Lakukan Kunjungan ke SMKN 1 Tarano dan SMKN 1 Plampang untuk Sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru
Sumbawa— Dalam rangka menjaring calon mahasiswa baru unggulan, Tim Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Fakultas...
Read More
Yudisium FITP UTS Tahun Ajaran Ganjil 2025: 14 Mahasiswa Resmi Diwisuda
Sumbawa, 25 Februari 2025 – Fakultas Ilmu dan Teknologi Pertanian (FITP) Universitas Teknologi Sumbawa...
Read More

Oleh : Adi Ardiansyah
Fakultas Ilmu dan Teknologi Pertanian

 

Indonesia, yang dikenal sebagai lumbung padi dunia, juga memiliki peran yang signifikan dalam produksi jagung. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2018, produktivitas jagung di Kabupaten Bima menjadi perhatian utama. Meskipun luas panen mencapai 18.695 hektar dan rata-rata produksi mencapai 58,58 kilogram per hektar, total produksi mencapai 109.508,10 ton, penanganan pasca panen yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan biji mencapai 12-15% dari produksi.

Dalam upaya untuk mengatasi masalah ini, penelitian inovatif telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat mesin pengupas jagung yang praktis dan ekonomis, menggunakan dynamo elektrik. Metode eksperimental digunakan dalam penelitian ini dengan merancang alat mesin langsung di perbengkelan dan mengujinya menggunakan jagung dalam tiga tahap, yaitu 1 kg, 2 kg, dan 3 kg, dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat mesin pengupas jagung menggunakan dynamo elektrik ini menggunakan mesin motor elektrik berdaya 0,5 HP dengan kecepatan putaran maksimal 1500 rpm dan torsi sebesar 6,363 Nm. Alat ini memiliki kapasitas kerja sekitar 489,258 gram per detik. Persentase biji jagung yang tercampur dengan tongkol adalah sekitar 0,318%, sementara persentase biji jagung yang tertinggal di alat pengupasan tongkol jagung adalah sekitar 1,866%. Hal ini menunjukkan bahwa mesin pengupas biji jagung ini sangat efektif, baik dari segi kapasitas produksi maupun pengurangan persentase biji yang tertinggal atau tercampur dengan tongkol.

Penemuan ini berpotensi meningkatkan produktivitas dan kualitas jagung di Kabupaten Bima, NTB, dan dapat menjadi model bagi upaya serupa di seluruh Indonesia. Dengan inovasi teknologi seperti ini, diharapkan petani dapat mengurangi kerugian pasca panen dan mendukung ketahanan pangan negara.